Sabtu, 03 September 2011

MOTIF MBS

Motif  Penerapan MBS

Seperti yang Anda ketahui pada Subunit 1 tentang sejarah MBS, maka motifditerapkannya MBS tentunya tidak terlepas dari sejarah munculnya MBS di suatunegara. Menurut Bank Dunia dalam Q/A for the web/knowledge nugget yang ditulisoleh Edge (2000), terdapat delapan motif diterapkannya MBS yaitu motif ekonomi,profesional, politik, efisiensi administrasi, finansial, prestasi siswa, akuntabilitas, danefektivitas sekolah. 
King dan Kozler (1988) menjelaskan mengapa manajemen lokal secaraekonomi lebih efektif. Mereka mencatat bahwa orang-orang yang mempunyaikeuntungan dan kerugian  serta mempunyai  informasi terbaik tentang apa yangsesungguhnya terjadi di sekolah adalah orang yang mampu membuat keputusan yang tepat tentang bagaimana sekolah seharusnya menggunakan sumber daya danbagaimana siswa seharusnya belajar.
Secara politis, MBS sebagaimana bentuk reformasi desentralisasi lainnyadigunakan untuk mendorong adanya partisipasi demokratis dan kestabilan politik, dimana pemerintah pusat memberikan kesempatan mendesentralisasikan beberapaaspek pengambilan keputusan di bidang  pendikan untuk mendorong keleluasaanyang lebih besar kepada daerah. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Gamage, D(2003:2) yang menyatakan bahwa reformasi pendidikan, termasuk  MBS padadasarnya karena faktor politik, di mana terjadi proses restrukturisasi birokrasi dalamsistem pendidikan di sekolah. Kepala sekolah berbagi kekuasaan dan kewenangandengan pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan dalam pengambilankeputusan. 
Motif profesional menggambarkan bahwa para profesional sekolahmempunyai pengalaman dan keahlian untuk membuat keputusan pendidikan yangpaling tepat untuk sekolah dan siswanya. Para profesional juga dapat memberikansumbangan pengetahuan pendidikan yang dimiliki berkenaan dengan kurikulum,pedagogik, pembelajaran dan proses manajemen sekolah. Di samping itu, paraprofesional juga terlibat dalam manajemen sekolah dan juga mampu memberimotivasi dan komitmen yang lebih pada pembelajaran di sekolah. 
Motif efisiensi administrasi menunjukkan bahwa penerapan MBS sebagai alat efisiensi administrasi di sekolah, menempatkan sekolah pada posisi terbaik untukmengalokasikan sumber daya secara efeketif dalam menemukan kebutuhan para siswa. Banyak sistem yang didesentralisasi mencoba untuk meningkatkan
akuntabilitas. Oleh karena itu, berkurangnya tingkat birokrasi pusat mendorongterjadinya efisiensi administrasi yang lebih besar. Efisiensi di tingkat sekolah terjadi ketika partisipan lokal membuat keputusan sendiri.
Manajemen Berbasis Sekolah dapat juga digunakan sebagai alat untukmeningkatkan sumber pendanaan sekolah secara lokal. Asumsinya adalah bahwadengan memberi harapan kepada orang tua dan menerima keterlibatan orang tua dalam pengambilan keputusan di tingkat sekolah, orang tua akan menjadi termotivasi
untuk meningkatkan komitmen mereka kepada sekolah. Pada gilirannya, orang tuaakan menjadi lebih berkeinginan untuk menyumbangkan uang, tenaga, dan sumberdaya lain yang diperlukan kepada sekolah.
Meningkatkan prestasi siswa merupakan motif utama untuk memperkenalkanMBS. Hal itu didasari oleh pemikiran bahwa jika orang tua dan para guru diberiotoritas untuk membuat keputusan atas nama sekolah mereka, iklim di sekolah akanberubah untuk mendukung pencapaian prestasi siswa. Meskipun bukti empirik untukmendukung asumsi itu tidak kuat, tetapi  dalam konteks ini, jika MBS sebagai motif dalam implementasi MBS, maka yang  diperlukan adalah bagaimana mengubahproses pembelajaran. Ini dapat dilakukan melalui otonomi dalam mendesain pembelajaran untuk meningkatkan prestasi siswa sesuai dengan sumbder daya yang
dimiliki. 
Melibatkan para aktor di  tingkat sekolah dalam pengambilan keputusan danpelaporan dapat menciptakan dorongan dan perhatian yang lebih besar untukpeningkatan mutu sekolah. Ketika terjadi desentralisasi pengambilan keputusan digunakan untuk tujuan meningkatkan akuntabilitas, tujuan utamanya adalah untuk
meningkatkan suara dari mereka yang kurang terdengar (atau setidaknya tidak cukupmendengarkan) seperti dalam konteks struktur tata layanan sekolah tradisional.Menciptakan lebih efisien dan hemat biaya sekolah pada struktur administratifsekolah adalah tujuan utama kedua setelah akuntabilitas. 
Menurut laporan Bank Dunia (2004), pentingnya MBS adalah untukmeningkatkan akuntabilitas kepala sekolah dan guru terhadap siswa, orang tua,  sertamengizinkan pengambil keputusan lokal  untuk menentukan gabungan input dankebijakan pendidikan yang tepat, yang disesuaikan dengan kenyataan dan kebutuhan lokal.
Sekolah efektif merupakan salah satu motif diterapkannya MBS. Winkler &Gershberg (1999) berhipotesis bahwa  beberapa komponen kunci sekolah efektifboleh jadi dipengaruhi oleh implementasi MBS, yang pada akhirnya dapatmeningkatkan komponen-komponen itu untuk perbaikan pembelajaran. Merekamenyelidiki bagaimana MBS mendorong ke arah peningkatan karakteristik kuncitentang sekolah efektif yang mencakup kepemimpinan yang kuat, guru-guru yangterampil dan berkomitmen, berfokus pada peningkatan mutu pembelajaran, danadanya rasa tanggung jawab terhadap hasil. 
Di Indonesia, menurut Departemen Pendidikan Nasional, terdapat empat motif penerapan MPMBS. Pertama, sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan,peluang dan ancaman bagi dirinya sehingga sekolah dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya pendidikan yang tersedia untuk memajukan sekolahnya.
Kedua, sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya sehingga pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa. Ketiga, keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan sekolah dan kontrol dapat menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, sehingga penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif. Keempat, akuntabilitas sekolah tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orang tua siswa, dan masyarakat, mendorong sekolah untuk berupaya
semaksimal mungkin melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang direncanakan, dengan melakukan upaya-upaya inovatif dengan dukungan orang tua, masyarakat, dan pemerintah. 
Kalau mencermati motif yang telah digambarkan di atas, pada hakikatnya inti
penerapan MBS bermuara pada peningkatan kualitas pendidikan. Nurkolis (2003:23)mengemukakan bahwa motif diterapkannya MBS adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan secara umum, baik itu menyangkut kualitas pembelajaran, kurikulum, sumber daya manusia maupun tenaga  kependidikan lainnya, dan pelayanan
pendidikan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar